CERITA WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : TUA GILA DARI ANDALAS
SATU
Hembusan Angin barat bertiup kencang. Perahu layar yang meluncur kencang di permukaan laut. Di atas perahu Tua Gila duduk termangu di haluan. Di kepalanya bertengger sebuah caping lebar terbuat dari bambu yang melindunginya dari terik matahari. Orang tua ini senyum-senyum sendiri bila dia ingat pengalamannya di pulau kediaman Rajo Tuo Datuk Paduko intan.
"Dunia memang penuh keanehan. Mana aku pernah menyangka bakalan bertemu dengan menantuku sendiri. Hik... hik... hik! Untung dia tidak tahu aku si tua bangka buruk ini mertuanya. Ha... ha... ha!"
Kekeh Tua Gila mendadak
terhenti ketika tiba-tiba dirasakannya perahu layar itu bergerak di bagian depan. Gerakan itu demikian perlahannya hingga jika bukan orang berkepandaian tinggi seperti Tua Gila tidak akan merasa atau mengetahui. Tua Gila memandang berkeliling. "Tak ada ombak besar tak ada tiupan angin kencang. Mengapa barusan ada gerakan aneh di buritan depan perahu?"
Tiba-tiba telinga si kakek yang tajam mendengar riak air laut di arah depan. Ketika dia memandang ke arah buritan Tua Gila kaget setengah mati. Dia melihat dua tangan berkuku panjang berwarna hitam muncul memegang pinggiran perahu. Lalu, "Wuuttt!" Dari dalam air laut melesat ke atas sesosok tubuh berjubah hitam berambut riap-riapan. Air mengucur dari pakaian, tubuh dan rambutnya yang basah kuyup.
"Setan laut berani muncul siang hari bolong begini! Benar-benar gila!" kata Tua Gila dan cepat berdiri dari duduknya.
"Hik... hik! Orang yang mau mampus matanya memang suka lamur!" Orang basah kuyup di depan perahu itu tertawa lalu bicara dengan mata besar melotot.
"Hebat! Setan laut bisa bicara!" kata Tua Gila lalu tertawa mengekeh.... baca selengkapnya di Wiro Sableng #92 : Asmara Darah Tua Gila - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1